Powered By Blogger

Senin, 21 Februari 2011

Jangan Sepelekan Ibu Rumah Tangga (Peran Besar Ibu Rumah Tangga)

Anda mungkin kagum mendengar nama Sri Mulyani Indrawati, mantan Menteri Keuangan yang sekarang bekerja di Bank Dunia sebagai direktur pelaksana dan berkantor di Amerika Serikat. Lebih takjub lagi apabila melihat deretan profil wanita yang sukses memegang jabatan penting seperti Indira Gandhi, Golda Meir, Margareth Thatcher, Angela Markel, atau Ellen Johnson. Namun yang acap terlupakan, siapa yang mampu menjadikan mereka sukses? Keberhasilan tidak datang sendiri. Perlu bimbingan. Siapa yang berperan di balik kesuksesan mereka? Tak lain dan tak bukan adalah sosok Ibu Rumah Tangga. Begitu besarnya peranan seorang ibu rumah tangga.

Ketika tabungan anak anda yang baru berusia lima tahun mulai penuh, dan saat Anda bertanya, “Mau untuk apa Nak, uang tabungannya?” Hati terasa terharu ketika anak Anda menjawab, “Mau beli CD Murottal, Ma!” Padahal anak-anak lain seusianya kebanyakan menjawab, “Mau beli PS!”. Atau ketika ditanya tentang cita-citanya, “Adek pengin jadi muballegh yang paham!” Haru... mendengar jawaban seperti ini dari seorang anak tatkala anak-anak seusianya bermimpi, “Pengin jadi superman!”
Jiwa seperti ini bagaimana membentuknya? Butuh seorang pendidik yang ulet dan telaten, bersungguh-sungguh dengan tekad yang kuat. Seorang yang sabar untuk setiap hari menempa dengan dibekali ilmu yang kuat. Penuh dengan tawakkal kepada Alloh. Lalu... jika seperti ini, bisakah kita begitu saja menitipkannya pada pembantu atau membiarkan anak tumbuh begitu saja? Kita sama-sama tahu bahwa kondisi sekarang ini di sekitar bagaimana acara TV yang lebih banyak mudhorot daripada manfaatnya, maraknya game online dan internet di mana-mana, HP, lingkungan yang amburadul dan lain-lain. Siapa lagi kalau bukan kita wahai para ibu yang harus mendidik anak kita sendiri?

Memang terkdang kita merasa kagum ketika mendengar ada seorang wanita lulusan sebuah universitas ternama telah bekerja di sebuah perusahaan bonafit dengan gaji puluhan juta rupiah per bulan. Belum lagi perusahaan tersebut menugaskan wanita tersebut terbang ke luar negeri untuk menyelesaikan urusan perusahaan. Tergambar seolah kesuksesan telah diraih. Benarkah seperti itu? Nanti dulu!

Kebanyakan orang akan beranggapan demikian. Sesuatu dikatakan sukses lebih dinilai dari segi materi sehingga jika ada sesuatu yang tidak memberi nilai materi dianggap remeh. Cara pandang yang demikian membuat banyak wanita muslimah bergeser dari fitrahnya. Berpandangan bahwa sekarang sudah saatnya wanita tidak hanya tinggal di rumah menjadi ibu, tapi sekarang wanita “menunjukkan eksistensi diri” di luar. Menggambarkan dan menganggap seolah-olah menjadi seorang ibu yang tinggal di rumah adalah hal yang rendah.

Kita bisa dapati ketika seorang ibu rumah tangga ditanya teman lama, “Sekarang kerja di man?” rasanya terasa berat untuk menjawab, berusaha mengalihkan pembicaraan atau menjawab dengan suara lirih sambil tertunduk, “Saya ibu rumah tangga”. Rasanya malu! Apalagi jika teman lama yang menanyakan itu “sukses” berkarir di sebuah perusahaan besar.

Atau kita bisa dapati ketika ada seorang muslimah lulusan universitas ternama dengan prestasi bagus atau bahkan berpredikat cumlaude hendak berkhidmat di rumah menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya, dia harus berhadapan dengan “nasehat” dari bapak tercintanya, “Putriku! Kamu kan sudah sarjana, cumlaude lagi! Sayang kalau di rumah saja mengurus suami dan anak-anak.” Padahal putri tercintanya hendak berkhidmat dengan sesuatu yang mulia, yaitu sesuatu yang memang menjadi tanggung jawabnya, mengurus rumah tangga.

Pertumbuhan suatu bangsa pertama kali berada di buaian para ibu. Ini berarti seorang ibu telah mengambil jatah yang besar dalam pembentukan kepribadian sebuah generasi. Ini adalah tugas yang besar! Mengajari mereka kalimat Laa Ilaaha Illalloh, menancapkan tauhid ke dada-dada mereka, menanamkan kecintaan pada Al Qur’an dan As Sunah sebagai pedoman hidup, kecintaan pada ilmu, kecintaan pada Al Haq, mengajari mereka cara beribadah kepada Alloh yang telah menciptakan mereka, mengajari akhlak-akhlak mulia, mengajari mereka menjadi pemberani tapi tidak sombong, mengajari mereka untuk bersyukur, mengajari bersabar, mengajari mereka arti disiplin, tanggung jawab, mengajari mereka rasa empati, menghargai orang lain, memaafkan, dan masih banyak lagi. Seorang ulama pernah memberikan tausiahnya, bahwa seorang ibu adalah ratu di dalam rumah tangga. Ini benar adanya.

Termasuk di dalamnya hal yang menurut banyak orang dianggap sebagai sesuatu yang kecil dan remeh, seperti mengajarkan pada anak adab ke kamar mandi. Bukan sekedar supaya anak tahu bahwa masuk kamar mandi itu dengan kaki kiri, tapi bagaimana supaya hal semacam itu bisa menjadi kebiasaan yang lekat padanya. Butuh ketelatenan dan kesabaran yang luar biasa untuk membiasakannya.
Alloh telah berfirman dalam Al Qur’an :

“Hai orang –orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At Tahrim ayat 6). Firman Alloh, “Peliharalah dirimu dan keluargamu!” menggunakan Fi’il Amr (kata kerja perintah) yang menunjukkan bahwa hukumnya wajib. Oleh karena itu semua kaum muslimin yang mempunyai keluarga wajib menyelamatkan diri dan keluarga dari bahaya api neraka.
Dari keterangan di atas, nampak jelas bahwa setiap insan yang ada hubungan keluarga dan kerabat hendaknya saling kerjasama, saling menasehati dan turut mendidik keluarga. Utamanya orang tua kepada anak, karena mereka sangat membutuhkan bimbingannya. Orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar tidak kena noda syirik dan dosa-dosa lainnya. Ini adalah tanggung jawab yang besar yang kita akan dimintai pertanggungjawabannya.

Setelah kita memahami besarnya peran dan tanggung jawab seorang ibu sebagai seorang pendidik, melihat realita yang ada sekarang ini sepertinya keadaannya sangat menyedihkan!Tidak semua memang tetapi banyak dari para ibu yang sibuk bekerja dan memperhatikan bagaimana pendidikan anak mereka. Tidak memperhatikan bagaimana aqidah mereka, apakah terkotori dengan syirik atau tidak. Bagaimana ibadah mereka, apakah sholat mereka telah benar apa tidak, atau bahkan tidak mengerjakannya.. Bagaiman mungkin pekerjaan menancapkan tauhid di dada-dada generasi muslim bisa dibandingkan dengan gaji puluhan juta rupiah? Sungguh sangat jauh perbandingannya.

Anehnya lagi, banyak ibu-ibu yang sebenarnya tinggal di rumah namun tidak juga mereka memperhatikan pendidikan anaknya, bagaiman kepribadian anak dibentuk. Sedih! Padahal anak adalah investasi bagi orang tua di dunia dan akherat. Setiap upaya yang kita lakukan demi mendidiknya dangan ikhlas adalah suatu kebajikan. Setiap kebajikan akan mendapat balasan pahala dari Alloh.

Atau memang yang kit inginkan adalah kesuksesan karir anak kita yaitu meraih hidup yang “berkecukupan”? Cukup untuk membeli rumah mewah, cukup untuk membeli mobil mentereng, cukup untuk membayar gaji 10 pembantu, mempunyai keluarga bahagai yang berakhir pekan di villa. Tanpa memperhatikan bagaimana aqidah, bagaimana ibadah, asal tidak bertengkar dan bisa senyum dan tertawa ria di rumah disebutlah itu dengan bahagia?

Ingatlah ketika usia mulai senja, mata mulai rabun, pendengaran mulai kabur, tulang mulai rapuh, atau bahkan tubuh ini hanya mampu berbaring dan tidak bisa bangkit dari ranjang untuk sekedar berjalan, siapa yang mau mengurus kita kalau tidak pernah mendidik anak-anak kita? Bukankah mereka sedang sibuk dengan karir mereka yang dulu pernah kita banggakan, atau mungkin sedang asyik dengan istri dan anak-anak mereka?
Ketika malaikat maut datang menjemput, ketika jasad telah dimasukkan ke dalam liang lahat, ketika diri sangat membutuhkan doa padahal pada hari itu diri sudah tidak mampu berbuat apa-apa karena pintu amal telah ditutup, siapakah yang mendoakan kita kalau kita tidak pernah mengajari anak-anak kita?

Lalu...Masihkan kita mengatakan jabatan ibu rumah tangga dengan kata “Cuma”? dengan tertunduk dan suara lirih karena malu? Ingatlah ibu adalah ratu dalam rumah tangga!.

Peran Istri Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah

Keluarga yang sakinah merupakan dambaan bagi setiap orang. Karena dalam keluarga sakinah seseorang akan dapat mengecap kebahagiaan yang tiada taranya. Dalam keluarga sakinah, seorang anak akan dapat tumbuh dengan baik, serta keharmonisan akan terus terjaga.

Banyak faktor yang mendasari terbentuknya sebuah keluarga yang sakinah. Peran dari masing-masing anggota juga sangat penting untuk dapat mewujudkan keluarga yang sakinah. Suami, istri, dan anggota keluarga lain memiliki peranan masing-masing.
Selain suami, peran seorang istri berpengaruh cukup besar untuk mampu menciptkan sebuah keluarga saminah. Hal ini karena tanggung jawab utama seorang istri (bersama suami) adalah menciptakan keutuhan dalam rumah tangga. Lantas bagaimanakah cara seorang istri untuk menciptakan keluarga sakinah? Jawabnya adalah banyak! Diantara sekian banyak peran istri, beberapa hal yang cukup penting dan kadang terlupakan oleh seorang istri adalah:

1. Memberikan sambutan yang menyenangkan
Tugas utama seorang suami adalah mencari nafkah untuk keluarganya. Suami akan berusaha semaksimal mungkin menafkahi keluarganya dengan cara yang halal. Setelah seharian bekerja di luar rumah, tentunya sangat penat, lelah dan capek akan dirasakan oleh suami. Di sinilah peran istri untuk menghilangkan, atau setidaknya mengurangi rasa penat suaminya.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang istri dalam menyambut pulangnya sang “nahkoda”, diantaranya adalah :

Menampakkan wajah cerah
Sambutlah kedatangan suami dengan wajah yang cerah. Karena menyambut kedatangan suami dengan wajah yang cerah akan mengurangi rasa penat yang ada. Jangan menyambut suami yang beru pulang kerja dengan wajah cemberut, apalagi marah-marah. Hal ini akan membuat suami yang telah lelah bekerja menjadi kesal.

Menyampaikan berita yang menyenangkan
Apabila istri mempunyai beberapa berita untuk suami, baik itu yang menyenangkan maupun yang kurang mengenakkan hati, jangan langsung memberitahukannya sekaligus. Sampaikan berita yang menyenangkan dahulu kepada suami.Setelah suami beristirahat dan rasa lelahnya berkurang atau bahkan hilang, baru sampaikan kepadanya berita yang kurang menyenangkan. Hal ini akan berpengaruh pada respon suami terhadap berita tersebut.

Mengungkapkan kerinduan
Ucapkan kata-kata yang manis kepada suami sebagai tanda kerinduan sang istri pada suaminya. Kata-kata yang mengandung kerinduan dari sang istri akan mampu mengembalikan semangat suami, setelah seharian berpeluh mencari nafkah.

Menyajikan hidangan untuk suami
Alangkah baiknya jika kedatangan suami juga disambut dengan hidangan ringan, sebelum melakukan makan bersama. Hidangan ini dapat berupa minuman hangat, baik berupa teh, kopi atau minuman lain kesukaan suami. Apalagi ditambah dengan camilan kecil. Dengan menyajikan hidangan ini suami akan merasa lebih diperhatikan.

2. Memperindah dan memperlembut suara
Kita kadang sering menjumpai seorang istri yang menyambut kedatangan suaminya dengan hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan. Entah itu dengan nada kesal, marah, atau lainnya. Terlebih lagi jika suami terlambat pulang. Janganlah hal ini dilakukan, karena hanya akan memancing emosi dari suami. Apapun yang terjadi berbicaralah kepada suami dengan lembut dan santun. Jika istri berbicara dengan suami secara lembut, maka suami dengan sendirinya akan menghargai sang istri.

3. Berhias
Sudah menjadi kebiasaan wanita jaman sekarang untuk tampil mempercantik diri dengan berhias. Namun sayangnya mereka (terutama para istri) berhias jika hanya akan keluar rumah. Padahal jelas-jelas dalam sebuah hadist, Rosululloh menganjurkan istri supaya berhias untuk suami mereka. Namun justru istri berhias jika ingin pergi keluar rumah, dan tampil “acak-acakan” jika dalam rumah meskipun ada suaminya.
Hal inilah yang harus dirubah. Sebaiknya para istri berhias untuk suami mereka, sehingga suaminya merasa betah di rumah serta bangga dengan istrinya.

4. Melayani kebutuhan biologis suami...Ehem
Seorang istri diwajibkan untuk melayani kebutuhan biologis suami, kecuali jika sedang ada “halangan”. Dalam melayani suami seorang istri harus melakukannya dengan ikhlas sehingga suami merasa senang dengan pelayanan sang istri sehingga tidak tertarik dengan “rumput” lain di luar rumah.

5. Ikhlas menerima keadaan
Seorang istri sebaiknya merasa ikhlas dalam menerima keadaan keluarga. Apapun keadaan keluarganya, istri yang ikhlas dalam menerimanya akan meningkatkan rasa sayang suami. Meskipun kekurangan, tapi jika ikhlas menerimanya, insya Alloh akan menjadi barokah.

6. Menjaga kesetiaan
Setia adalah salah satu kunci dalam membina keutuhan sebuah keluarga. Baik suami atau istri wajib untuk menjaga kesetiaannya terhadap pasangan hidup masing-masing. Dengan menjaga kesetiaan, insya Alloh kehidupan keluarga akan bahagia.

7. Meredakan amarah suami
Sering karena suatu hal, suami marah entah terhadap istri, anak-anak maupun hal-hal lain. Jika suami sedang marah, istri jangan lantas ikutan marah. Hal ini hanya akan berakibat fatal. Redakan amarah suami dengan bujukan dan rayuan, karena bukankah seorang wanita itu pintar dalam mencuri hati laki-laki?

8. Menjaga kehormatan
Kehormatan di sini bukan hanya kehormatan sang istri sendiri. Istri juga harus mampu menjaga kehormatan keluarganya. Jangan umbar aib keluarga kepada orang lain, meskipun itu orang tua sendiri. Hal ini hanya akan membuat kehormatan keluarga tercoreng.

9. Memuliakan keluarga dan tamu suami
Anggaplah keluarga suami sebagai keluarga sendiri. Hargai dan hormati tamu-tamu yang ingin bertemu dengan suami. Jangan karena tamu suami, sang istri tidak mau menghargainya. Hal ini hanya akan menimbulkan perpecahan dalam keluarga.

10. Sabar
Bersabarlah dalam menghadapi kehidupan ini. Apapun yang terjadi, sikap sabar merupakan hal yang paling utama.

11. Merapikan rumah
Rumah yang rapi, bersih, dan nyaman merupakan rumah yang disenangi oleh semua anggota keluarga. Merapikan rumah adalah salah satu tanggung jawab istri. Jangan biarkan rumah dalam keadaan berantakan, karena hanya akan membuat penghuninya tidak merasa betah untuk tinggal di dalamnya.

12. Menghormati dan menghargai orang tua suami
Acapkali dijumpai seorang istri sangat menghormat suaminya tetapi kurang bahkan tidak menghormati pada orang tua suaminya, bahkan meremehkannya. Hal ini jangan sampai terjadi karena sejatinya seorang suami yang harus ditaatinya itupun masih harus menghormat dan mengagungkan orang tuanya. Ingat ridho Alloh beserta ridho orang tua, dan murkanya Alloh beserta murka orang tua.

Jika istri,suami, dan anggota keluarga lain sudah tahu dan menjalankan tugas-tugasnya, insya Alloh keluarga sakinah yang diidamkan akan terwujud. Amiin.

Kamis, 23 Desember 2010

JK : Indonesia Butuh Pemimpin yang Bisa Wujudkan Kemakmuran yang Adil




Republika.co.id. Indonesia membutuhkan pemimpin yang mempu menggapai tujuan negara, yakni kemakmuran yang adil bagi seluruh rakyatnya. Keadilan itu dianggap sebagai syarat penting untuk menjaga keutuhan bangsa dan multietnis yang ada di negeri ini.

Demikian pendapat mantan wakil presiden Yusuf Kalla saat dialog karakter bangsa yang diselenggarakan pengurus pusat LDII di Jakarta. “Tujuan berbangsa adalah mencapai kemakmuran yang adil”, ujar pria yang akrab disapa JK ini.

Belajar dari pengalaman di negeri ini, JK mengatakan banyak pembrontakan yang terjadi di masa lalu karena dipicu oleh perlakuan yang tidak adil. Dia contohkan mulai dari peristiwa PRRI/Permesta sampai Gerakan Aceh Merdeka. Bahkan, konflik yang pernah terjadi di Poso dan Ambon pun, dilihatnya diawali oleh rasa ketidakadilan.

Menurut JK, pemimpin di Ondonesia harus mampu membawa negeri ini mencapai tujuan dengan cara-cara yang sah dan benar. Demokrasi, baginya hanyalah alat atau cara untuk mencapai tujuan negara, yakni kemakmuran. “Hanya kepemimpinan yang kuat yang dapat perssatukan ini semua,” tegasnya.



Orangtua yang memukul dan menghajar anaknya serta memaki, sudah berada dalam posisi lepas kendali dan putus asa. Orangtua yang lepas kendali dan putus asa akan mendidik anak dengan cara “biadab”.

MUudah-mudahan Anda tidak termasuk orang tua yang suka menghajar anaknya dengan keras bahkan kejam, dengan dalih sayang. Karena anak adalah juga manusia yang diciptakan Allah dengan kesempurnaan dan kemampuan yang luar biasa. Banyak orangtua yang mendidik anak dengan cara menghajar anak mereka. Sedikit-sedikit pokoknya hajar. Mereka juga tidak segan-segan memaki dan membentak anak mereka jika melakukan kesalahan atau pelanggaran.

Seorang anak memiliki rasa penasaran yang besar. Saraf-sarafnya ingin berkembang lebih pesat. Mereka melakukan ini dan itu, mencoba banyak hal-hal baru. Mereka meniru/memodel siapa saja yang mereka anggap asyik dan keren untuk ditiru. Seringkali anak-anak melakukan banyak kenakalan karena ingin mencari perhatian entah itu dari orangtuanya, guru maupun dari teman-teman mainnya.

Hal pertama yang sebaiknya diajarkan untuk dipahami seorang anak adalah tentang moralitas spiritual dan konsekuensi. Anak diajarkan untuk bertanggungjawab atas konsekuensi pilihan yang dia ambil. Bantu sang anak belajar menghormati diri, maka ia akan berlaku terhormat dan menghormati orang lain. Dan tentu saja ini dimulai dengan menjadi orang tua yang mampu menghormati diri, keluarga, dan sang anak dengan baik. Selain itu anak harus diajari akan adanya keberadaan Tuhan dengan baik, kemudian memberitahu apa yang menjadi panggilan dan tujuan hidupnya terlahir ke dunia ini. nuansaonline.net

Senin, 31 Mei 2010

Jauhi Pacaran (Gerbang Tol Menuju Neraka)




Miris nggak kalo baca hasil survei terakhir Komisi Perlindungan Anak (KPA) yang mengungkapkan data bahwa 97 persen remaja di Indonesia pernah menonton atau mengakses pornografi, 93 persen pernah berciuman, 62,7 persen PERNAH BERHUBUNGAN BADAN, serta 21 persen remaja telah melakukan aborsi.

Data lain mengungkapkan bahwa 30% pelajar SMP pernah melakukan hubungan badan di luar nikah alias berzina. Masya Allooh.. Na'udzubillaahimindzaalik..

Inilah dampak kebebasan yang begitu diagung-agungkan, begitu banyak Media Televisi,Majalah, Koran, DVD, FIlm, Internet yang menayangakan informasi yang salah, dan ini salah satu dampak kehancuran budaya bangsa akibat tayangan TV yang tidak bermoral. hal ini dapat kita lihat dari perubahan pandangan di masyarakat dimana terjadi perubahan nilai atau cara pandang terhadap pergaulan antar lawan jenis yang ternyata sudah berubah. Kalau dulu, pacaran atau bermesraan di depan umum dianggap tabu, kini hal itu dianggap biasa. Jangankan bersentuhan atau
sekadar berciuman, yang lebih dari itu pun bahkan dilakukan, dengan tanpa rasa malu! Pelan tapi pasti, para pelaku pacaran tersebut akhirnya terjerumus kedalam jurang dosa karena melakukan perbuatan yang amat keji dan dilarang oleh Alloh SWT, yaitu BERZINA..!!

Mendekati zina saja sudah dilarang, apalagi melakukannya. Allah pun mengkategorikan zina sebagai dosa besar. Dalam Al Qur'an surat Al Isra' ayat 32, Allah SWT sudah memperingatkan hamba-hambanya mengenai zina :

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk.”

Apabila kita telaah lebih jauh mengenai pacaran ini, ada beberapa tahap yang biasanya terjadi, antara lain:

1. Perjumpaan pertama. Melihat si dia dengan pandangan yang mempesona, senyumannya terus teringat dipikiran, jantung pun berdebar debar karenanya.. sehingga terlahirlah pertanyaan2 dalam hati seperti "Apakah dia mencintaiku?", "Apakah dia juga merasakan perasaan yang sama terhadapku?", jika bertemu di internet atau dunia nyata, perasaan bahagia seperti menyeruak dari lubuk hati dan tertumpahkan ke seluruh tubuh..

2. Pengungkapan dan perikatan. Di sinilah terucapkan kalimat2 "Aku cinta kamu selamanya..", "Aku kan selalu ada untukmu setiap saat..", "I miss you so much beibehh.." dan kalimat2 lainnya yang menumpahkan perasaan masing-masing. Persoalanmu menjadi persoalannya, sedihmu menjadi sedihnya, sukamu menjadi riangnya, hatimu menjadi hatinya, bahkan jiwamu menjadi hidupnya. Sepakat pengin terus bersama, berjanji sehidup semati, berjanji sampai rumah tangga. Asyik dan syahdu.

3. Pembuktian. Nah disinilah tahap yang sangat membahayakan.. Untuk membuktikan rasa cinta yang menggelora pada sang kekasih, tak mampu untuk menolak ajakan kekasih, akhirnya apapun diberikan demi cintanya itu. Akhirnya terjadilah hal2 yang mungkin tidak pernah diduga sebelumnya. Bila sudah seperti ini ajakan ciuman bahkan BERHUBUNGAN BADAN pun sulit untuk ditolak. Na'udzubillah

Kebahagiaan dan keindahan yang dirasakan saat berpacaran itu adalah hal yang fana, semu dan menipu. Itu karena dalam setiap detik berpacaran itu, setan selalu mengiringi dan membayangi pelakunya agar apa yang dilakukannya itu selalu tampak indah dan manis. Padahal, disitulah jebakan setan agar cepat atau lambat, pelakunya dapat digoda dan dijerumuskan kedalam jurang neraka dan disiksa bersama setan selama lamanya di akhirat.

Bro n sis jokamers, banyak sekali keburukan2 dan akibat2 dari zina ini, seperti yang pernah disampaikan oleh Bapak K.H. Kasmudi dan para mubalig2 lainnya yang dirangkum dari berbagai hadits sebagai berikut:

1. Zina dapat menghilangkan cahaya iman dari pelakunya
2. Zina merupakan perbuatan buruk yang bisa membawa kematian pelakunya (umurnya pendek)
3. Orang yang berbuat zina, doanya tidak dikabulkan oleh Allah SWT
4. Pada hari kiamat nanti orang yang berbuat zina akan menyala - nyala api di wajahnya
5. Orang yang berbuat zina disiksa dalam tungku besar yang nyala apinya menghancurlumatkan tubuhnya kemudian dikembalikan lagi jasadnya dan dihancurlumatkan lagi oleh nyala api yang berkobar-kobar, begitu terus menerus.
6. Bau orang yang berbuat zina sangat busuk sehingga menyakitkan sesama ahli neraka
7. Ahli zina dihapus dari daftar orang - orang yang baik
8. Allah SWT tidak melihat kepada ahli zina dengan pandangan hormat
9. Allah SWT mengharamkan surga dan mengharamkan mencium bau surga kepada ahli zina
10. Tersiarnya perbuatan zina membawa akibat banyaknya anak-anak yang dilahirkan dari hasil perzinaan, dan disebabkan banyak anak-anak hasil perzinaan hampir saja Allah SWT meratakan siksanya
11. Suatu negara jika sudah merata perzinaannya, Allah SWT mengancam akan merusak negara tersebut dengan murka yang ditujukan kepada penduduk yang menempati negara tersebut.
12. Zina adalah penyebab seseorang jatuh harga dirinya, kehormatannya, kehormatan keluarganya, cacat di dunia dan di akhirat
13. Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan yakni berkurangnya agama si penzina, hilangnya sikap wara' (menjaga diri dari dosa).
14. Zina membunuh rasa malu, padahal dalam Islam malu merupakan elemen iman.
15. Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.
16. Mematikan hati.
17. Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
18. Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Allah maupun sesama manusia.
19. Pezina akan dipandang sinis oleh manusia lainnya.
20. Kesempitan hati dan dada selalu meliputi para pezina. Apa yang ia dapati dalam kehidupan ini adalah kebalikan dari apa yang diingininya.
21. Penzina tidak akan mendapat bidadari yang cantik di surga kelak
22. Perzinaan dapat memutuskan hubungan silaturahim dan kedurhakaan kepada orang tua, bahkan dapat mengakibatkan pertumpahan darah.
23. Zina menghilangkan harga diri pelakunya dan merusak masa depannya di samping meninggalkan aib yang bagi pelaku dan keluarganya.
24. Zina dapat benar-benar membekas pada pelakunya, meski ia telah bertaubat.
25. Zina dapat pula menjurus pada aborsi ketika perempuan yang hamil karena berzina menggugurkan kandungannya.
26. Perzinaan tidak akan melahirkan generasi yang baik untuk masa depan
27. Perzinaan menyebabkan menularnya penyakit-penyakit berbahaya seperti aids, siphilis, dan gonorhea atau kencing bernanah.
28. Perzinaan menyebabkan hancurnya suatu masyarakat yakni mereka semua akan dimusnahkan oleh Allah akibat dosa zina yang tersebar dan yang dilakukan secara terang-terangan.

Bro n sis jokamers, sedemikian bahayanya zina hingga Allah akan memberikan hukuman pada para pezina berupa :

1.Hukuman fisik dan mental berupa rajam, cambuk dan pengasingan dari masyarakat selama satu tahun.
2.Allah melarang kita untuk memberi belas kasihan kepada para pezina.
3.Allah memerintahkan agar pelaksanaan hukuman zina ini disaksikan oleh orang-orang mukmin sehingga dapat menjadi suatu pelajaran yang dapat diambil hikmahnya.
4.Para pezina akan mendapat murka dari Allah, buruk nasab amalnya dan siksa yang keras di akhirat.


Oleh karena itu brother and sister, marilah kita mulai dari diri kita dan lingkungan terdekat kita untuk menjauhi zina dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mari kita lebih berhati-hati lagi dalam berbuat. Jangan sekali-kali dekat-dekat dengan zina, meskipun hanya dengan syahwat di dalam hati, saling bersentuhan, saling mencolek, memandang dengan syahwat, dll. Ingat2lah selalu nasihat para pengurus kita yang selalu mengingatkan kita agar kita tidak tergoda oleh rayuan iblis laknat jahannam. Jangan menganggap remeh nasihat2 tersebut. Sekali kita terjerumus, maka selamanya kita akan merugi.

Waspadalah, waspadalah, waspadalah!!!!

Bupati OKU Timur Membuka Khataman Hadist Sunan Ibnu Majah Juz 2







Pada hari Senin tanggal 17 Mei 2010 bertempat di Masjid Ponpes Nurul Huda desa Tugu Harum kecamatan Belitang Madang Raya, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) OKU Timur mengadakan Acara Khataman Hadits Sunan Ibnu Majah Juz 2. Para peserta adalah muballegh dan muballeghot yang berasal dari utusan PC dan PAC LDII di OKU Timur. Bahkan ada peserta dari utusan kabupaten OKU dan kabupaten OKU Selatan. Acara khataman hadits ini disampaikan oleh Dewan Guru LDII OKU Timur, adapun penyampainya adalah Ustad Rinto Triwibowo dan Ustad Budiyanto.

Acara ini dibuka secara resmi oleh Bupati OKU Timur, H. Herman Deru, SH, MM. Dalam sambutannya, Bupati OKU Timur menyampaikan rasa bangga dan terima kasihnya terhadap LDII yang telah ikut berperan aktif dalam pembinaan umat. Dalam penilainnya, LDII adalah sama seperti Ormas Islam yang lain seperti dengan NU dan Muhammadiyah, sama syahadatnya, sama kitabnya, sama kiblatnya sehingga tidak perlu diragukan dan diperdebatkan lagi dengan keberadaan LDII. Sebab menurut Bupati masih ada saja segelintir orang yang masih menilai negatif terhadap LDII, dan Bupati sendiri nanti yang menangkis dan menerangkan tentang stigma negatif tersebut. Pada kesempatan tersebut Bupati Herman Deru, SH, MM juga berkenan menguatkan sekaligus mengukuhkan Pengurus Harian DPD LDII OKU Timur yang baru menggantikan kepengurusan yang lama karena sudah berakhir masa baktinya.

Pembukaan acara Khataman dibuka secara simbolis dengan penyematan tanda peserta oleh Bupati kepada salah satu peserta. Acara khataman ini direncanakan selesai dalam waktu sepuluh hari yaitu sampai tanggal 26 Mei 2010.

Ketua DPD LDII OKU Timur, H. Mulyanto, S.Pd juga menerangkan bahwa acara khataman ini merupakan agenda kegiatan LDII dalam rangka untuk mendalami ajaran Islam guna untuk diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pada kesempatan tersebut, Bupati OKU Timur dan tamu undangan yang lain juga berkenan mengikuti penyampaian materi khataman hadits Ibnu Majah Juz 2. Bupati sangat terkesan dengan metode dan cara penyampaian materi pendalaman Al Hadits yang dilakukan di LDII, sebagai bentuk apresiasi kepada LDII OKU Timur, Bupati Herman Deru memberikan hadiah umroh untuk dua orang dari LDII dan juga memberikan sumbangan berupa uang sebesar 5 juta rupiah. Acara ditutup dengan doa yang disampaikan oleh Ketua MUI OKU Timur, K.H. Fachrudin, S.Ag dilanjutkan dengan sholat Dhuhur secara berjamaah di masjid Nurul Huda. Acara ramah tamah juga berlangsung dengan penuh keakraban dan kekeluargaan antara para Pengurus Harian LDII OKU Timur dengan rombongan Bupati.

Kamis, 29 April 2010

Ukhuwah Dengan LDII (Mengenal Lebih Dekat Dengan LDII)



Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang merupakan salah satu Ormas Islam terbesar di Indonesia mempunyai dua buah buku pedoman yaitu Al Qur’an dan Al Hadist. Rosululloh SAW bersabda : “Telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang pada keduanya, yaitu Kitabulloh (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya” (HR Muwattho Malik). Mengenai Al Hadist, LDII menggunakan semua kitab Hadist, utamanya Kutubus-sittah (Kitab yang Enam), yang terdiri dari Shohih Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasai, dan Sunan Ibnu Majah.

Sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an, Al Hadits, Ijma dan Qiyas. Contoh Ijma’ : Penerapan adzan ke-3 pada hari Jum’at yang dilakukan pertama kali pada waktu zaman Khalifah Ustman bin Affan r.a. Contoh hukum Qiyas : Zakat fitrah pada zaman Rosululloh antara lain adalah kurma dan gandum, sedangkan bagi penduduk di Indonesia beras sebagai penggantinya karena beras diqiyaskan dengan gandum, karena sama-sama makanan pokok.

Di dalam mempelajari Al Qur’an dan Al Hadits, LDII menggunakan metode pengajian tradisional, yaitu seorang Guru mengajar kepada murid secara langsung. Adapun materi yang dikaji meliputi tentang bacaan, makna dan keterangan sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. Dengan metode seperti ini maka sering dinamakan metode “Manquul”. Manqul berasal dari bahasa Arab “Naqola-Yanqulu”, yang artinya adalah pindah. Maka ilmu yang “manquul” adalah ilmu yang dipindahkan dari guru kepada muridnya. Dalam pelajaran tafsir, “Tafsir Manquul” berarti mentafsirkan suatu ayat Al Qur’an dengan ayat Al Qur’an lainnya, mentafsirkan ayat Al Qur’an dengan hadits, atau mentafsirkan Al Qur’an dengan fatwa Shohabat. Dalam ilmu hadits, “manquul” berarti belajar hadist dari guru yang mempunyai isnad sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Sedangkan ilmu alat yang digunakan dalam mendalami Al Qur’an dan Al Hadits, ulama LDII menggunakan ilmu alat juga seperti ilmu nahwu, shorof, badi’, ma’ani, bayan, mantek, balaghoh, usul fiqih, mustholahul hadits, dan sebagainya. Kitab tafsir yang menjadi rujukan LDII diantaranya adalah tafsir Jalalain, tafsir Jamal, tafsir Ibnu Katsir, tafsir At Thobari, tafsir Ibnu Hatim, tafsir Depag dan lain-lainnya.

Metode pengajian yang moderat ini merupakan daya tarik tersendiri bagi yang memang ingin mendalami tentang Al Qur’an dan Al Hadits. Sehingga aktivitas pengajian di LDII cukup tinggi, karena Al Qur’an dan Al Hadits itu merupakan bahan kajian yang cukup banyak dan luas. Di tingkat PAC umumnya pengajian diadakan 2-3 kali seminggu, sedangkan di tingkat PC diadakan pengajian seminggu sekali. Hal inilah yang menyebabkan tempat-tempat pengajian LDII selalu ramai dikunjungi warganya.

Adapun motivasi warga LDII untuk aktif dalam mengikuti pengajian adalah : Pertama, untuk memenuhi kewajiban mencari ilmu berdasarkan firman Alloh, “Ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh” (QS. Muhammad ayat 19). Dan sabda Rosululloh, “Mencari ilmu itu wajib bagi orang Islam” (HR Ibnu Majah). Kedua, sebagai landasan untuk melaksanakan ibadah (beramal).

Pondok-pondok Pesantren LDII tidak hanya mengajarkan ilmu agama kepada santrinya, tetapi juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum seperti ilmu sosial kemasyarakatan, kewirausahaan, dan kursus-kursus ketrampilan. Ilmu pengetahuan tersebut diajarkan untuk sebagai bekal mencari ma’isyah (nafkah) yang halal untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Khutbah Jum’at di LDII menggunakan bahasa Arab karena tidak ada satupun Ulama yang menyatakan bahwa khutbah Jum’at dengan menggunakan bahasa Arab itu tidak sah, walaupun jama’ah sholat Jum’at tidak seluruhnya mengerti dan memahami isi khutbah. Hal ini bisa dilihat ketika musim haji dimana Imam Masjidil Haram menyampaikan khutbah berbahasa Arab, sedangkan mustami’in yang datang dari seluruh penjuru dunia belum tentu bisa mengerti dan memahami isi khutbah.

Setelah melakukan sholat Jum’at biasanya diadakan nasehat agama, dan ini tidak mesti karena pada dasarnya memberikan nasehat itu bisa dilakukan disetiap ada kesempatan. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan waktu, sebab biasanya sesudah sholat Jum’at orang-orang masih berkumpul, kesempatan ini digunakan untuk memberikan tausiah/nasehat (mau’idlotul hasanah). Adapun nasehat setelah sholat Jum’at ini tidak harus dikerjakan karena bukan merupakan rangkaian sholat Jum’at.

Teknik dan cara mengumpulkan shodaqoh yang biasanya dilakukan oleh warga LDII ada beberapa cara, diantaranya adalah : Pertama, langsung diserahkan kepada dan dicatat oleh pengurus LDII. Kedua, dimasukkan ke dalam kotak shodaqoh. Ketiga, dimasukkan ke dalam kain (sarung, sajadah, sorban) yang diedarkan. Keempat, dengan melempar uang shodaqoh ke lantai, untuk kemudian dikumpulkan olah pengurus. Mengenai metode mana yang dipilih, merupakan keputusan pengurus setempat. Namun sebagian LDII menyukai teknik dengan cara melempar. Selain praktis, melempar juga dapat menumbuhkan rasa “fastabiqul khoerot” (berlomba-lomba dalam kebaikan) tetapi niat hanya karena Alloh tetap dapat terjaga karena tidak ada yang tahu “siapa shodaqoh berapa”.

Ulama-ulama yang telah banyak berjasa dalam membesarkan LDII di antaranya adalah KH Kasmudi As-sidiqi, K.H.R. Iskandar Tondodiningrat, KH. Ahmad Tamam, KH. Zubaidi Umar, SH, KH. Drs. Thoyyibun, Prof. Dr. Ir. KH Abdullah Syam MSc. KH. A.Karimullah, SE, KH. Nur Hasan, KH. Syu’udi Al Hafidz, KH. Mudzakkir, KH. M. Nur Ali, KH. Thoyyib Abdulloh dan lain-lain. Beberapa diantara Ulama LDII tersebut bukan lulusan pondok pesantren LDII saja tetapi juga lulusan pondok pesantren besar lainnya yang kemudian menjadi Ulama LDII. Adapun jumlah muballegh dan muballeghot yang ada di LDII jumlahnya ribuan yang tersebar di seluruh PC dan PAC untuk menyampaikan dakwah Al Qur’an dan Al Hadits.

Sesuai dengan paradigma barunya (new paradigm), LDII terbuka terhadap masukan-masukan baik masukan mengenai masalah organisasi maupun masalah agama. LDII secara proaktif bahkan mencari masukan-masukan dari berbagai kalangan. Dalam rangka mencari masukan tentang wawasan kebangsaan dan kenegaraan, LDII intens mengadakan audiensi dengan instansi terkait antara lain dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Mabes TNI, Mabes Polri. Silaturrohim dan meminta masukan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), bekerjasama dengan Insstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka memberikan pelatihan dakwah kepada para muballegh-muballeghot LDII. LDII di daerah-daerah juga sering mengundang ulama-ulama di luar LDII untuk memberikan ceramah agama. Bagi LDII, segala bentuk masukan adalah merupakan nasehat yang tidak ternilai harganya. Sebab semua golongan Islam adalah bersaudara, sebagaiman sabda Rosululloh SAW: “Orang Islam adalah saudaranya orang Islam” (HR. Ahmad). Sesama golongan Islam tidak dibenarkan untuk saling merendahkan maupun menghina, sesuai firman Alloh : “Dan jangalah suatu kaum merendahkan kaum yang lain, barangkali keadaan kaum yang direndahkan itu lebih baik dari kaum yang merendahkan” (QS. Al Hujurot ayat 11).

Anggapan bahwa LDII ekslusif sebetulnya tidak benar. Banyak dari warga LDII yang menjadi tokoh masyarakat, mulai dari ketua RT, ketua RW, Kades/Lurah, Camat dan seterusnya. Hanya saja karena aktifitas kegiatan pengajian di LDII sangat tinggi, menyebabkan kesempatan pergaulan di masyarakat menjadi berkurang sehingga terkesan eksklusif.